I. QUALITY CONTROL
A. PENGERTIAN QUALITY
Quality adalah keseluruhan dari bentuk dan karakteristik produk/jasa yang berhubungan dengan kemampuannya untuk memberikan kepuasan yang dibutuhkan
B. PENGERTIAN QUALITY CONTROL
Beberapa pengertian Quality Control :
1. Quality Control adalah suatu kegiatan meneliti, mengembangkan, merancang dan memenuhi kepuasan konsumen, memberi pelayanan yang baik dimana pelaksananya melibatkan seluruh kegiatan dalam perusahaan mulai dari pimpinan teratas sampai karyawan pelaksana (Dr. K. Ishikawa).
2. Quality Control adalah suatu sistem yang efektif untuk mengintegrasikan kegiatan – kegiatan pemeliharaan dan pengambangan mutu dalam suatu organisasi sehingga dapat diperoleh produksi dan servis dalam tingkat yang paling ekonomis dan memuaskan konsumen (Feightboum).
3. Quality Control adalah akrivitas memelihara dan memperbaiki produk dan service yang ditawarkan kepada perusahaan, quality control bukan hanya menjadi tanggung jawab begian quality control saja, tetapi seluruh karyawan atau pihak menjadi satu kesatuan memecahkan masalah ini (Ishita Nobuyuki).
C. TUJUAN QUALITY CONTROL
Quality Control berarti memenuhi keinginan costumer terhadap produk dan service, maka tujuan Quality Control berdasarkan pengertian tersebut adalah :
1. Quality adalah Kualitas produk dan kegiatan ( aktifitas kerja )
2. Cost adalah Biaya
3. Delivery adalah Penyampaian ( ketepatan dan cara )
4. Safety adalah Keselamatan
5. Environment adalah Ramah Lingkungan
Membuat keseimbangan antara Quality dan Cost. Kualitas dicapai secara ekonomis dan efisien hanya bila tiap proses dapat memberi jaminan kualitas pekerjaannya pada proses – proses berikutnya. Aktivitas QC circle ( berkesinambungan ), operasional ZD ( Zero Defect )
D. KEUNTUNGAN DAN FAKTOR KEGAGALAN DALAM PENERAPAN QUALITY CONTROL
Keuntungan Penerapan Quality Control meliputi :
1. Pembinaan/pengembangan personel
2. Membina rasa kebersamaan
3. Perbaikan Kualitas
4. Pengurangan Biaya
5. Perbaikan Sikap Mental
6. Membangun Team yang tangguh
7. Membangun kata sepakat dan motivasi
8. Menumbuhkan sikap kreatif dalam memecahkan masalah
9. Penghargaan terhadap karyawan
Kegagalan dalam penerapan Quality Control dapat disebabkan oleh :
1. Meremehkan anggota team yang lain
2. Tidak mendengarkan
3. Suka interupsi
4. Menggurui
5. Rendah diri
6. Mengabaikan kemampuan yang positif
7. Tidak mengikut sertakan
8. Menomor satukan orang lain
9. Gagal berbicara
10. Gagal berpraktek
11. Seakan dirinya tidak terpakai
12. Seakan dirinya nomor satu
13. Menyembunyikan belang
II. TOTAL QUALITY CONTROL (TQC)
A. PENGERTIAN QUALITY CONTROL
1. TQC (Total Quality Control) adalah sistem manajemen yang dinamis yang mengikut sertakan seluruh anggota organisasi dengan penerapan konsep dan teknik pengendalian kualitas untuk tercapainya kepuasan pelanggan dan yang mengerjakannya.
2. Total Quality Control (TQC) adalah suatu sistem yang memadukan pengembangan pemeliharaan, perbaikan mutu usaha secara menyeluruh untuk mencapai produksi pada tingkat yang paling ekonomis dan dapat memenuhi kepuasan pelanggan (konsumen).
3. Pengertian dari TQC :
a. Total Quality Control adalah rangkaian kegiatan yang terus menerus dari Plan – Do – Check – Action (PDCA)
b. Total Quality Control diselenggarakan tidak pada hasilnya, tetapi selama proses sampai dengan hasilnya
c. Jangan menyalahkan siapapun juga
d. Bicara dengan data/fakta dan unsur – unsur yang terukur
e. Setiap kegiatan harus punya segi kegiatan perbaikan dan pencegahan
Dalam penerapannya, TQC membutuhkan partisipasi dari semua orang (karyawan) dan melibatkan semua fungsi departemen yang ada di dalam suatu perusahaan atau disebut dengan Company Wide Quality Control (pengendalian mutu perusahaan secara menyeluruh).
B. KONSEP DASAR TQC
Konsep dasar TQC adalah :
1. Kepuasan pemakai (Orientasi pemakai bukan orientasi Standard)
2. Kualitas artinya mutu segala macam pekerjaan
3. Kualitas adalah urusan setiap karyawan (bekerja sekali jadi dan benar)
C. TOOL PENUNJANG TQC
Dalam penerapannya Total Quality control (TQC) memerlukan beberapa tool penunjang pelaksanaannya. Diantaranya :
1. Gugus Kendali Mutu (QCC)
Pengertian GKM di dalam perusahaan adalah sekelompok kecil karyawan yang terdiri dari 3-8 orang dari unit kerja yang sama, yang dengan sukarela secara berkala dan berkesinambungan mengadakan pertemuan untuk melakukan kegiatan pengendalian mutu di tempat kerjanya dengan menggunakan alat kendali mutu dan proses pemecahan masalah.
Definisi lain GKM adalah sejumlah karyawan dengan pekerjaan yang sejenis yang bertemu secara berkala untuk membahas dan memecahkan masalah-masalah pekerjaan dan lingkungannya dengan tujuan meningkatkan mutu usaha dengan menggunakan perangkat kendali mutu.
1. Menggali & mengembangkan kemampuan perseorangan
2. Menciptakan suasana kerja secara kekeluargaan yang harmonis
3. Menigkatkan rasa tanggung jawab seluruh karyawan untuk maju dan berkembang
4. Meningkatkan mutu dan hasil kerja
5. Memberikan kesempatan kepada karyawan untuk maju dan berkembang
6. Meningkatkan keterlibatan karyawan anggota pada persoalan-persoalan pekerjaan dan paya pemecahannya.
7. Menggalang kerjasama kelompok (teamwork) yang lebih efektif.
8. Meningkatkan kemampuan memecahkan masalah.
9. Meningkatkan pengembangan pribadi dan kepemimpinan.
10. Menanamkan kesadaran tentang pencegahan masalah.
11. Mengurangi kesalahan-kesalahan dan meningkatkan mutu kerja.
12. Meningkatkan motivasi karyawan.
13. Meningkatkan komunikasi dalam kelompok.
14. Menciptakan hubungan atasan-bawahan yang lebih serasi.
15. Meningkatkan kesadaran tentang keselamatan kerja.
16. Meningkatkan pengendalian dan pengurangan biaya.
Asas-asas Pokok GKM
1. Asas Pembangunan Manusia
Sejarah GKM adalah sejarah yang bertolak dari upaya pemecahan masalah dengan penempatan peranan manusia yang lebih bermakna, khususnya para pekerja pelaksana dalam pemecahan masalah pekerjaan. Titik tolak falsafah pembangunan manusia (people building philosophy) yang tanpa batas ini hendaknya senantiasa dipertahankan agar dalam menghadapi berbagai masalah produktivitas, asas ini tidak ditinggalkan sehingga GKM akan tetap menjadi seperti apa yang dicita-citakan.
2. Asas Dinamika Kelompok dan Kerjasama Kelompok (Group Dynamic and Teamwork)
Upaya dan karya GKM adalah upaya dan karya bersama (kelompok), artinya kemajuan dan keberhasilan GKM adalah bertumpu pada sumber daya kekuatan-kekuatan kelompok yang saling menunjang (human synergistic) dan saling mengindahkan (win-win style), sehingga semua pihak yang berkepentingan terhadap keberhasilan GKM hendaknya senantiasa ikut serta dalam mengarahkan dan memelihara kelompok atau gugus ini, sehingga akan tetap bertahan menjadi kelompok dan bukan sejumlah orang yang dikumpulkan semata-mata.
Asas-asas Umum GKM
1. Asas Informalitas
Organisasi GKM adalah organisasi yang informal atau tidak resmi, artinya tidak terikat pada struktur organisasi formal yang ada, yang mungkin saja akan membatasi sekali gerakan GKM. Namun demikian, pimpinan perusahaan sangat berkepentingan dan harus merestui (mendukung) sepenuhnya atas terbentuknya GKM sekalipun pimpinan perusahaan tidak ikut campur dalam menetapkan sasaran, kegiatan dan mekanisme kerja gugus ini.
2. Asas Kesukarelaan
Keikutsertaan seseorang karyawan dalam GKM adalah diundang, yang hendaknya berdasarkan kesukarelaan semata-mata, sehingga pada dasarnya karyawan bisa saja tidak ikut serta dalam GKM sampai ia merasa dirugikan atau merasa membutuhkan sendiri.
3. Asas Keterlibatan Total
Dengan kemampuan apapun, tanpa perkecualian, tiap karyawan yang menjadi anggota GKM hendaknya dilibatkan atau melibatkan diri dalam kebersamaan dan segala upaya memecahkan permasalahan yang ditetapkan secara bersama-sama oleh gugus.
4. Asas Memadukan
GKM dalam kegiatannya memadukan pengelolaan sumber daya kelompok manusia dan sumber daya non manusia secara seimbang dengan senantiasa memperhatikan proses kelompoknya (synergistic decision making), mengingat manusia adalah sekaligus sebagai sumber daya dan sebagai pengelola sumber daya tersebut yang sangat berbeda hakekatnya dengan sumber daya yang lain.
5. Asas Belajar Bersama secara Berkesinambungan
GKM adalah kelompok yang memecahkan masalah secara terus-menerus dan sambil belajar bersama serta berkembang bersama baik di dalam maupun di luar pertemuan gugus. Pertemuan gugus yang satu ke pertemuan lain adalah kegiatan yang berkesinambungan sehingga tidak akan terjadi masalah yang tanpa penyelesaian. Bagi GKM, berkesinambungan adalah jauh lebih penting daripada jumlah masalah yang dirampungkan, sebab kesinambungan lebih menjamin mutu pekerjaan dan kepuasan kerja gugus.
6. Asas Kegunaan
Dalam upaya pemecahan masalah, GKM menganut asas kegunaan praktis, artinya keberhasilan upaya pemecahan masalahnya akan diukur terutama dari segi praktisnya.
7. Asas Keterbukaan
Kepentingan GKM adalah kepentingan semua pihak dan kemajuan yang maksimal hanya akan dicapai jika ada keterbukaan untuk saling belajar dari semua pihak, lebih-lebih antar gugus, sehingga asas keterbukaan ini perlu senantiasa dipelihara dan dipertahankan oleh pihak manapun.
8. Asas Loyalitas pada Organisasi
Kesetiaan atau loyalitas karyawan anggota gugus yang dituntut adalah kesetiaan pada organisasi perusahaannya, bukan pada pribadi, baik atasan, pucuk pimpinan maupun pemiliknya. Ketergantungan pada pribadi seseorang akan sangat mengganggu kemantapan stabilitas) kegiatan anggotanya.
E-kaizen merupakan wadah bagi individual karyawan, yang ingin menyampaikan aspirasi yang berhubungan dengan perbaikan di lokasi kerjanya masing masing.
3. Trouble Shoot with PDCA
4. dll
D. LANGKAH PENDEKATAN KONSEP TQC :
1. Pendekatan Metodologi
Adalah system pengawasan mutu produksi, evaluasi personalia, zero defect, spesifikasi tanggung jawab dan pengawasan anggaran/budget.
2. Pendekatan Kultur Budaya
Pendekatan ini dikembangkan pada system TQC dan QCC, yang mencakup pendekatan bisnis dan pendekatan sumber daya manusia.
3. Pendekatan Bisnis & Tujuan Perusahaan
Melalui pendidikan dan pelatihan disertai dengan kepemimpinan manajemen partisipatif dan tersedianya informasi mengenai standar mutu.
E. SYARAT PENERAPAN TQC
1. Seluruh SDM yang turut serta dalam proses baik management puncak serta para pelaksana mengerti dan menghayati arti TQC. TQC sebagai totalitas pengendalian terhadap mutu produk
2. Merupakan rangkaian dari suatu proses produksi yang menjadi tanggung jawab masing-masing kelompok kecil dalam rangkaian terpadu dari Quality Control.
3. Sistem tersebut dapat bekerja secara efektif dan efisien jika memiliki latar belakang pendidikan dan pelatihan yang baik, sasaran produksi yang menyangkut segi teknologi, pengalaman kerja dan sikap mental positif dari karyawan.
4. Sikap mental positif adalah dengan bekerja produktif dalam suatu Tim Spirit yang kuat.
F. TUJUAN PENERAPAN TQC
1. Untuk meningkatkan efisiensi dan produktivitas organisasi dengan memberikan kepuasan yang lebih besar kepada konsumen.
2. Untuk meningkatkan kerjasama (TEAMWORK) dan moral/ semangat kerja karyawan.
3. Untuk meningkatkan dan menjaga citra perusahaan
G. HAMBATAN PENERAPAN TQC
· Pada Perusahaan Menengah Dan Besar
Timbul dari :
Umumnya berkisar pada individu yang berkurang produktif sebabnya antara lain :
a. Tidak memiliki program yang terarah
b. Tidak memberikan dorongan
c. Tidak melakukan pengawasan
2. Midle Management/Pimp Tk Menengah (Staff Pelaksana)
Pada umumnya karena tidak meneruskan kebijaksanaan atau informasi ke bawah, sebabnya antara lain :
a. Kurang memahami system TQC
b. Kurang bimbingan dari atasan
c. Terikat kebiasaan lama
d. Merasa adanya beban jika menerapkan TQC
3. Karyawan
Pada umumnya karyawan tidak mengerti dan menerima system TQC, yang disebabkan antara lain :
a. Hasilnya tidak langsung dirasakan secara nyata
b. Menambah beban kerja
c. Terikat kebiasaan lama
d. Tingkat pendidikan yang rendah
e. Sikap acuh tak acuh
· Pada Perusahaan Kecil
1. Umumnya belum mengenal dan menerapkan system manajemen yang teratur
2. Tingkat pendidikan pengusaha kecil dan pekerjanya relatif rendah
3. Status karyawan yang tidak jelas, karena menggunakan tenaga lepas dan keluarga
4. Jumlah pekerja sedikit
5. Margin keuntungan yang minim dengan resiko yang maksimum
6. Penerapan TQC menambah biaya
H. Hubungan GKM dengan TQC
Pengendalian Mutu Terpadu (TQC) adalah suatu sistem yang memadukan pengembangan pemeliharaan, perbaikan mutu usaha untuk mencapai produksi pada tingkat yang paling ekonomis dan dapat memenuhi kepuasan pelanggan (konsumen).
Dalam penerapannya, TQC membutuhkan partisipasi dari semua orang (karyawan) dan melibatkan semua fungsi departemen yang ada di dalam suatu perusahaan atau disebut dengan Company Wide Quality Control (pengendalian mutu perusahaan secara menyeluruh).
Dalam pelaksanaannya juga, program TQC dilandasi oleh beberapa hal, yaitu :
a. People Building
Manusia sebagai subjek yang dinamis sehingga sangat penting adanya usaha untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia yang ada.
b. Team Building
Adanya pembentukan kelompok-kelompok kecil yang dinamis yang berupaya untuk menyelesaikan masalah operasional di lokasi kerjanya masing-masing.
c. Market in
Semua usaha atau langkah tindakan perlu mencerminkan kepuasan bagi pihak yang menggunakan hasil kerja kita atau disebut dengan istilah yang populer yaitu the next process in our customer.
d. Problem is Opportunity for Progress
Semua masalah yang timbul jangan dihindari, justru masalah dijadikan suatu kesempatan untuk melakukan suatu perbaikan (improvement).
GKM bisa dijadikan salah satu alat untuk menunjang penerapan TQC, karena pada dasarnya GKM juga berangkat dari suatu kelompok karyawan yang mempunyai semangat yang besar untuk menyelesaikan masalah-masalah yang dihadapi di lokasi kerjanya, sehingga bisa dicapai suatu perbaikan (improvement).
Tetapi yang perlu diperhatikan di sini adalah penerapan TQC tidak bisa dicapai hanya semata-mata dengan membentuk GKM dalam suatu perusahaan. Adalah suatu anggapan yang keliru bahwa perusahaan yang sudah melaksanakan GKM berarti sudah menerapkan TQC, karena GKM lebih diarahkan untuk kelompok karyawan guna menyelesaikan masalah-masalah yang dihadapi sehari-hari, sedangkan TQC adalah suatu program yang menyeluruh yang lebih luas cakupannya sehingga perlu ditunjang juga dengan usaha (tindakan) yang lain selain membentuk dan mengaktifkan GKM.
III. TOTAL QUALITY MANAGEMENT (TQM)
A. PENGERTIAN TQM
Total Quality Management merupakan suatu pendekatan manajemen yang berkembang dari Amerika Serikat, dipelopori oleh pakar kualitas: Deming, Juran, dan Crosby dari tahun 1950 dan lebih populer sejak tahun 1980-an, diimplemen- tasikan secara luas untuk meningkatkan daya saing perusahaan.
Dale (2003: 26) mendefinisikan TQM adalah kerja sama yang saling mengun- tungkan dari semua orang dalam organisasi dan dikaitkan dengan proses bisnis untuk menghasilkan nilai produk dan pelayanan yang melampaui kebutuhan dan harapan konsumen.
Menurut Tjiptono dan Diana (2001: 4), TQM merupakan pendekatan dalam menjalankan usaha yang mencoba memaksimumkan daya saing organisasi melalui perbaikan terus menerus atas produk, jasa, manusia, proses dan lingkungannya.
Direktorat Bina Produktivitas (1998: 3) merumuskan TQM sebagai suatu sistem manajemen untuk meningkatkan kualitas dan produktivitas dengan menggunakan pengendalian kualitas dalam pemecahan masalah, mengikut sertakan seluruh karyawan untuk memberikan kepuasan kepada pelanggan.
Pengertian TQM secara mendetail (Handoko, 1998) adalah :
1) Total : TQM merupakan strategi organisasional menyeluruh yang melibatkan semua jenjang dan jajaran manajemen dan karyawan, bukan hanya pengguna akhir dan pembeli eksternal saja, tetapi juga pelanggan internal, pemasok, bahkan personalia pendukung.
2) Kualitas: TQM lebih menekankan pelayanan kualitas, bukan sekedar produk bebas cacat. Kualitas didefinisikan oleh pelanggan, ekspektasi pelanggan bersifat individual, tergantung pada latar belakang social ekonomis dan karakteristik demografis.
3) Manajemen: TQM merupakan pendekatan manajemen, bukan pendekatan teknis pengendalian kualitas yang sempit.
Implementasi TQM dapat meningkatkan produktivitas organisasi (kinerja kuantitatif), meningkatkan kualitas (menurunkan kesalahan dan tingkat kerusakan), meningkatkan efektivitas pada semua kegiatan; meningkatkan efisiensi (menurunkan sumberdaya melalui peningkatan produktivitas), dan mengerjakan segala sesuatu yang benar dengan cara yang tepat.
B. PRINSIP-PRINSIP TOTAL QUALITY MANAGEMENT
Prinsip-prinsip TQM Menurut Krajewski, Lee dan Ritzman (1999) adalah filosofi yang menekankan pada tiga prinsip; Kepuasan konsumen, keterlibatan karyawan dan perbaikan berkelanjutan atas kualitas. TQM juga melibatkan benchmarking, desain produk barang dan jasa, desain proses, pembelian, hal- hal yang berkaitan dengan pemecahan masalah (problem solving).
Ahli mutu W. Edward Deming menggunakan 14 langkah untuk menerapkan perbaikan mutu yang dikenal dengan ‘Deming’s Fourteen Points’. Langkah- langkah tersebut dikembangkan menjadi lima konsep program TQM yang efektif yaitu: perbaikan berkelanjutan, pemberdayaan karyawan, perbandingan kinerja (benchmarking), penyediaan kebutuhan tepat pada waktunya, dan pengetahuan tentang piranti TQM (Render dan Herizer, 2004).
Sedangkan Juran (1995), mengembangkan ‘trilogi Juran’ dalam pengelolaan kualitas, dilakukan melalui penggunaan tiga proses manajemen, yaitu :
1) Perencanaan kualitas : aktivitas pengembangan produk dan proses yang dibutuhkan untuk memenuhi kebutuhan pelanggan
2) Pengendalian kualitas : aktivitas evaluasi kinerja kualitas, membandingkan kinerja nyata dengan tujuan kualitas, dan bertindak berdasarkan perbedaan.
3) Peningkatan kualitas : cara-cara meningkatkan kinerja kualitas ke tingkat yang lebih dari sebelumnya.
Chosby mengidentifikasi empat belas tahapan mencapai zero defects yang melibatkan pentingnya kelompok kualitas, pengukuran kualitas yang ada, mengestimasi biaya kualitas, mengeliminasi kesalahan dan proses pengerjaan ulang (Bhat dan Cozzoline, 2003).
Secara garis besar Tunggal (1993 : 10) membuat kerangka kerja yang memuat unsur-unsur penting TQM sebagai berikut :
Tabel Unsur-unsur Penting TQM
Unsus-unsur filosofis | Alat-alat generik | Alat-alat departemen pengendalian Kualitas |
· Standar mutu yang memperhatikan pelanggan · Hubungan pemasok- pelanggan · Orientasi pencegahan · Mutu pada setiap sumber · Perbaikan yang berkesinambungan | · Alat-alat SPC (Statistical Process Contro): 1. Process flow chart 2. Check sheets 3. Pareto analysis and histogram 4. Cause and effect/ fishbone diagrams) 5. Run charts 6. Scatter diagram 7. Control charts · Quality function deployment | Metode SQC (Statistical Quality Contro): 1. Sampling plans 2. Process capability 3. Taguchi methods |
Prinsip-prinsip kunci TQM lebih lengkap dijelaskan oleh Hashmi (2004 : 2) :
· Komitmen manajemen : perencanaan (dorongan, petunjuk), pelaksanaan (penyebaran, dukungan, partisipasi), pemeriksaan (inspeksi), dan tindakan (pengakuan, komunikasi, revisi).
· Pemberdayaan karyawan : pelatihan, sumbang saran, penilaian dan pengakuan, serta kelompok kerja yang tangguh.
· Pengambilan keputusan berdasarkan fakta : stastistical process control, the seven statistical tools.
· Perbaikan berkelanjutan : pengukuran yang sistimetis dan fokus pada biaya non kualitas (cost of non-quality); kelompok kerja yang tangguh; manajemen proses lintas fungsional; mencapai, memelihara, dan meningkatkan standart.
· Fokus pada konsumen : hubungan dengan pemasok, hubungan pelayanan dengan konsumen internal, kualitas tanpa kompromi, standar oleh konsumen.
Dalam perkembangannya prinsip-prinsip TQM bukan sekedar pendekatan proses dan struktur sebagaimana dijelaskan sebelumnya, TQM lebih merupakan pendekatan kesisteman yang juga melibatkan aktivitas manajemen sumber daya manusia. Oleh karena itu menurut Wilkinson (1992: 2-3), TQM pada hakekatnya memiliki dua sisi kualitas yaitu hard side of quality dan soft side of quality.
Hard side of quality meliputi semua upaya perbaikan proses produksi mulai dari desain produk sampai dengan penggunaan alat-alat pengendalian (QFD, JIT, dan SPC, dsb.), dan perubahan organisasional lainnya (struktur organisasi, budaya organisasi). Sedangkan soft side of quality terfokus pada upaya menciptakan kesadaran karyawan akan pentingnya arti kepuasan konsumen dan menumbuhkan komitmen karyawan untuk selalu memperbaiki kualitas. Upaya tersebut dapat dilakukan melalui pendidikan dan pelatihan, pendekatan sistem pengupahan yang mendukung, dan struktur kerja. Upaya tersebut termasuk kegiatan manajemen SDM.
Sedangkan menurut Setiawan (2003 : 3), pada dasarnya TQM adalah sistem terpadu yang terbuka dan terdiri dari tiga sisi: kesisteman, piranti dan sumber daya manusia. Dari sisi kesisteman, TQM antara lain terdiri dari : Company Standarts, Quality Assurance, Quality Qontrol Circle, Policy Management Deployment, Suggestion Systems. Dari sisi piranti antara lain: seven QC Tools,7-Management Tools, SPC. Dari sisi SDM adalah: sikap kerja, motivasi kerja, budaya kerja (budaya kualitas), kompetensi, dan kepemimpinannya.
C. DELAPAN ALAT TQM
Delapan alat TQM yang diuraikan adalah sebagai berikut :
1. Curah pendapat (sumbang saran) Brainstorming
Curah pendapat adalah alat perencanaan yang dapat digunakan untuk mengembangkan kreativitas kelompok. Curah pendapat dipakai, antara lain untuk menentukan sebab-sebab yang mungkin dari suatu masalah atau merencanakan langkah-langkah suatu proyek.
2. Diagram alur (bagan arus proses)
Bagan arus proses adalah satu alat perencanaan dan analisis yang digunakan, antara lain untuk menyusun gambar proses tahap demi tahap untuk tujuan analisis, diskusi, atau komunikasi dan menemukan wilayah-wilayah perbaikan dalam proses.
3. Analisis SWOT
Analisis SWOT adalah suatu alat analisis yang digunakan untuk menganalisis masalah-masalah dengan kerangka Strengths (kekuatan), Weaknesses (kelemahan), Opportunities (peluang), dan Threats (ancaman).
4. Ranking preferensi
Alat ini merupakan suatu alat interpretasi yang dapat digunakan untuk memilih gagasan dan pemecahan masalah di antara beberapa alternatif.
5. Analisis tulang ikan
Analisis tulang ikan (juga dikenal sebagai diagram sebab-akibat) merupakan alat analisis, antara lain untuk mengkategorikan berbagai sebab potensial dari suatu masalah dan menganalisis apa yang sesungguhnya terjadi dalam suatu proses.
6. Penilaian kritis
Penilaian kritis adalah alat bantu analisis yang dapat digunakan untuk memeriksa setiap proses manufaktur, perakitan, atau jasa. Alat ini membantu kita untuk memikirkan apakah proses itu memang dibutuhkan, tepat, dan apakah ada alternatif yang lebih baik.
7. Benchmarking
Benchmarking adalah proses pengumpulan dan analisis data dari organisasi kita dan dibandingkan dengan keadaan di dalam organisasi lain. Hasil dari proses ini akan menjadi patokan untuk memperbaiki organisasi kita secara terus menerus. Tujuan benchmarking adalah bagaimana organisasi kita bisa dikembangkan sehingga menjadi yang terbaik.
8. Diagram analisa medan daya (bidang kekuatan)
Diagram medan daya merupakan suatu alat analisis yang dapat digunakan, antara lain untuk mengidentifikasi berbagai kendala dalam mencapai suatu sasaran dan mengidentifikasi berbagai sebab yang mungkin serta pemecahan dari suatu masalah atau peluang.
D. SYARAT-SYARAT PELAKSANAAN TQM
Syarat syarat pelaksanaan TQM dalam suatu perusahaan adalah sebagai berikut :
1. Setiap perusahaan/organisasi harus secara terus menerus melakukan perbaikan mutu produk dan pelayanan sehingga dapat memuaskan para pelanggan.
2. Memberikan kepuasan kepada pemilik, pemasok, karyawan, dan para pemegang saham.
3. Memiliki wawasan jauh ke depan dalam mencari laba dan memberikan kepuasan.
4. Fokus utama ditujukan pada proses, baru menyusul hasil.
5. Menciptakan kondisi di mana para karyawan aktif berpartisipasi dalam menciptakan keunggulan mutu.
6. Ciptakan kepemimpinan yang berorientasi pada bawahan dan aktif memotivasi karyawan bukan dengan cara otoriter sehingga diperoleh suasana kondusif bagi lahirnya ide-ide baru.
7. Rela memberikan ganjaran, pengakuan bagi yang sukses dan mudah memberikan maaf bagi yang belum berhasil/berbuat salah.
8. Setiap keputusan harus berdasarkan pada data, baru berdasarkan pengalaman/ pendapat.
9. Setiap langkah kegiatan harus selalu terukur jelas sehingga pengawasan lebih mudah.
10. Program pendidikan dan pelatihan hendaknya menjadi urutan utama dalam upaya peningkatan mutu.
IV. QUALITY CONTROL, SEKARANG DAN DUNIA GENERASI KE-3
QC (Generasi Pertama) | TQC (Generasi Kedua) | TQM (Generasi Ketiga) | |
Industri dan Organisasi | Kekuatan Manufactur | Kekuatan kompetisi produk | Ekstensi dihargai |
Obyek | Qualitas Produksi | Qualitas Produksi dan Service | Qualitas Manajemen |
Lingkup Aktivitas | Produk | Perusahaan, Group | Hubungan antar manusia |
Cocok dengan permintaan | Memuaskan Costumer | Memuaskan stock holder | |
Cara Pemikiran Jaminan Kualitas | Produk Out | Market in | Society in |
Qualitas Barang | Produk Q | Produk QCD | Gabungan ( Quality ) |
Sasaran Manajemen | Product | Proses | Sistem Manajemen |
Cara Pemikiran Manajemen | Pengandalian dan Kontrol | Manajemen dan Operasional | Strategi Manajemen |
Rentang Kontrol | Pemeliharaan kaizen | Kaizen stop | Pengutamaan reformasi |
Lingkup Perawatan | Perbaikan Sementara | Perbaikan sebelum berhenti | Pencegahan |