contact
Test Drive Blog
twitter
rss feed
blog entries
log in

Kamis, 14 Oktober 2010

1.      Pengertian Human Error
     Human error didefinisikan sebagai suatu keputusan atau tindakan yang mengurangi atau potensial untuk mengurangi efektifitas, keamanan atau performansi suatu sistem (Mc. Cormick 1993). Menurut Peters, human error adalah suatu penyimpangan dari suatu performansi standart yang telah ditentukan sebelumnya, yang mengakibatkan adanya penundaan waktu yang tidak diinginkan, kesulitan, masalah, insiden, kegagalan. Namun pada penyelidikan lebih lanjut human error dapat dikategorikan juga sebagai ketidaksesuaian kerja yang bukan hanya akibat dari kesalahan manusia, tetapi juga karena adanya kesalahan pada perancangan dan prosedur kerja.

    Kesalahan yang diakibatkan oleh faktor manusia kemungkinan disebabkan oleh pekerjaan yang berulang-ulang (repetitive work) dengan kemungkinan kesalahan sebesar 1% (Iftikar Z. Sutalaksana,1979). Adanya kesalahan yang terjadi yang disebabkan oleh pekerjaan yang berulang ini sedapat mungkin harus dicegah atau dikurangi, yang tujuannya untuk meningkatkan keandalan seseorang dengan menurunnya tingkat kesalahan yang terjadi. Sehingga perlu dilakukan  perbaikan performansi manusia untuk mengurangi laju kesalahan. Laju kesalahan (error rate) yang besarnya 1 dalam 100 terjadi dengan kemungkinan 1%. Apabila hal semacam ini terjadi maka dapat dikatakan bahwa kondisi dalam keadaan baik.

2.      Klasifikasi Human Error
Pada dasarnya terdapat klasifikasi human error untuk mengidentifikasi penyebab kesalahan tersebut. Menurut Iftikar. Z. Sutalaksana (1979) klasifikasi tersebut secara umumdari penyebab terjadinya human error adalah sebagai berikut :
1.      Sistem Induced Human Error
Dimana mekanisme suatu sistem memungkinkan manusia melakukan kesalahan, misalnya manajemen yang tidak menerapkan disiplin secara baik dan ketat.
2.      Desain Induced Human Error
Terjadinya kesalahan diakibatkan karena perancangan atau desain sistem kerja yang kurang baik. Sesuai dengan kaidah Murphy (Murphys law) menyatakan bahwa bila suatu peralatan dirancang kurang sesuai dengan pemakai (aspek ergonomis) maka akan terdapat kemungkinan akan terjadi ketidaksesuaian dalam pemakaian peralatan tersebut, dan cepat atau lambat akan terjadi.
3.      Pure Human Error.
Suatu kesalahan yang terjadi murni berasal dari dalam manusia itu sendiri, misalnya karena skill, pengalaman, dan psikologis.
Error secara umum didefinisikan sebagai kegagalan untuk menampilkan suatu perbuatan yang benar dan diinginkan pada suatu keadaan. Error ini hanya dapat terjadi jika ada perhatian yang benar, untuk menanggapi kejadian yang diamati sedangkan tindakan akhir yang dilakukan tidak sesuai dengan yang diinginkan. Sehingga dapat disimpulkan bahwa hasil akhir dari error berupa kejadian, sehingga nantinya terdapat suatu peristiwa yang dapat diamati. Error ini tidak hanya dibatasi oleh keluaran yang buruk maupun yang serius.
Sedangkan yang dimaksud dengan kecelakaan adalah kejadian yang tidak direncanakan, diharapkan maupun diinginkan dan biasanya menghasilkan keluaran yang kurang baik. Error merupakan kejadian psikologis yang disebabkan oleh faktor–faktor kejiwaan sehingga ada kemungkinan bahwa sebagian atau keseluruhan error yang terjadi tersebut tidak teridentifikasi. Beberapa taxonomi (istilah) dalam error :
a.       Input Error (Miss Perseption)
Disini terjadi kesalahan dalam mengamati suatu data masukan sehingga menghasilkan suatu persepsi yang salah dan terjadilah kesalahan dalam mengambil tindakan penyelesaian.
b.      Intention Error (Mistake)
Disini data masukan telah diamati dengan benar tetapi menghasilkan pengertian yang salah sehingga terjadi penyelesaian yang salah.
c.       Execution Error (Slip)
Disini data masukan telah diamati dengan benar dan telah menghasilkan pengertian yang benar tetapi terjadi kesalahan pada tindakan penyelesaiannya.
Berdasarkan asal atau penyebabnya error dibedakan sebagai berikut :
1.   Endogenous Error
Error terjadi dari proses-proses dalam diri operator. Penghilangan atau pengurangan dari error ini harus melibatkan faktor psikologis, fisiologi dan neurologi.
2.   Exogenous Error
Error terjadi dari proses dan dari luar operator. Penghilangan atau pengurangan error semacam ini harus mengakibatkan perancangan dan pemikiran secara teknis dari objek dan lingkungan kerja.

3.      Mode
Jika suatu kesalahan terjadidalam suatu pekerjaan, maka akan timbul suatu fenomena yang dapat kita amati. Penampakan tertentu dari error dapat kita sebut sebagai mode (tipe/jenis). Beberapa istilah mode atau tipe-tipe kesalahan yaitu :
1.      Error of omission (kesalahan pada hal pelampauan /peninggalan), yaitu error yang ditandai dengan terlampauinya atau tertinggalnya atau hilangnya langkah tertentu dari suatu proses.
2.      Error of insertion (kesalahan penambahan /penyisipan), yaitu suatu error yang ditandai dengan penambahan suatu langkah yang tidak sesuai dengan proses.
3.      Error of repetition, yaitu kesalahan yang ditandai dengan penambahan yang tidak sesuai pada suatu langkah secara normal dalam suatu proses.
4.      Error of subtition (kesalahan pensubtitusian), yaitu suatu kesalahan yang ditandai dengan adanya suatu obyek, tindakan, tempat atau waktu yang tidak sesuai berada dalam suatu obyek, tindakan, tempat dan waktu yang sesuai.
Pengurangan error dapat dibagi dua point, yaitu :
1.       Internal point (dalam rangkaian peristiwa/kejadian mental), kemungkinan tindakan-tindakan pembetulannya  dapat berhubungan dengan ilmu kejiwaan/psikologi dalam sifat-sifat/pembawaanya. Misalnya kemungkinan diadakan trainning /pelatihan yang berguna untuk mengurangi kesalahan yang mungkin terjadi.
2.       External point (dalam rangkaian kejadian fisik), harus ada analisa sistem dan perancangan ulang (re-desain) dari elemen-elemen suatu sistem. Tujuan dari perancangan ulang yang terdiri dari maksud kegunaannya, pengemasannya, pemberian labelnya, peringatan, adalah untuk membuat suatu obyek yang dapat memberitahu identitasnya kepada pemakainya, sehingga pemakai dapat menggunakan sesuai dengan aturan yang berlaku.

4.      Faktor-faktor yang berpengaruh pada human error
Menentukan penyebab terjadinya human error bukanlah hal yang mudah, terutama jika ingin menentukan penyebeb yang pasti. Secara sistematis setiap error yang terjadi akan berhubungan dengan faktor situasional, faktor individu atau kombinasi dari kedua faktor itu.
a.       Faktor-faktor situasional adalah faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya suatu error yang berkaitan dengan situasi tempat kegiatan atau pekerjaan berlangsung. Meister (Meister, David 1981) menyatakan bahwa secara umum faktor situasional ini meliputi faktor-faktor ruang kerja dan tata letak peralatan, lingkungan, desain permesinan, alat-alat tangan, metode dalm penanganan, transportasi dan pemeriksaan informasi perencanaan pekerjaan dan instruksi pekerjaan.
b.      Faktor-faktor individual adalah faktor yang berkaitan dengan pribadi seseorang. Faktor-faktor ini juga dikenal sebagai faktor Idiosyneoratic, yaitu faktor-faktor yang sifatnya khas setiap orang. Faktor-faktor yang termasuk faktor individu diantaranya kecakapan, kepribadian, keterampilan, fisik, umur, jenis kelamin, pendidikan dan pengalaman. Faktor Idiosyneoratic juga meliputi masalah perkawinan, hubungan internasional, konflik emosional dan sikap.
Faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya suatu error juga dapat dikelompokan dengan cara lain seperti yang dilakukan oleh Swain. Swain (Kirwan, barri, 1994) menerangkan faktor-faktor yang berpengaruh itu sebagai performance shaping factor (spfs), faktor-faktor ini dibagi tiga kategori yaitu:
a.       Faktor eksternal dari individu (situasioal dan task equitment characteristic)
b.      Faktor-faktor internal individu ( idiosyneoratic factor)
Stress psikologis, merupakan penghubung dari kedua faktor diatas.

0

0 komentar:

:a: :b: :c: :d: :e:
:f: :g: :h: :i: :j:
:k: :l: :m: :n: :o:

Posting Komentar

sedikit coretan perkuliahan